Kebahagian Manusia Tergantung Jiwanya
“ Tuhan memberikan ruang jiwa kepada manusia dalam keadaan Fitrah (suci, bersih), manusialah yang menjaganya atau mengotorinya ”
JIWA - JIWA YANG TENANG ( BAHAGIA, TENTRAM )
Apa itu jiwa…?
Jiwa adalah data paling akhir yang terbentuk dari hati yang kita ciptakan sendiri, disinilah frekuensi manusia dengan Tuhanya saling berkomunikasi, saling berhubungan. Allah SWT. Memberikan ruang jiwa kepada manusia dalam keadaan Fitrah (suci, bersih).
Dalam perjalanan kehidupan manusia, jiwa ini diisi dan dibentuk oleh manusia itu sendiri, baik mengisi jiwa dengan memasukan data-data positif maupun mengisi jiwa dengan data-data negatif. Manusia mengisi dan membentuk jiwanya layaknya membentuk hati, melalui penglihatannya, pendengarannya, penciumannya, pengecapannya, dan perabaannya, yang kita kenal dengan pancaindra.
Dengan demikian kebahagian akhir hidup manusia tergantung jiwanya. Karena jiwa itulah penentu apakah kita bahagia ataukah ia sengsara dunia dan akhirat. Jika sampai saat ini kita merasa jiwa kita jauh dengan Allah, sebab di dalam ruang jiwa kita terdapat banyak data-data keburukan dibandingkan data-data kebaikan. Segeralah memohon ampun kepada Allah, "tobatan nasuha" kepada Allah. Timpah keburukan-keburukan yang selama ini kita lakukan dengan kebaikan-kebaikan, insyallah menghapuskannya.
Bersykurlah jika sampai saat ini kita merasakan Allah dekat sekali dengan kita, kita diberikan istiqomah melakukan kebaikan-kebaikan hidup itu bertanda bahwa di dalam jiwa kita penuh dengan data-data kebaikan. Berdoalah kepada Allah agar rasa itu tetap ada.
Ketika manusia dalam perjalanan hidupnya jiwanya baik, maka Allah berikan kado terindah untuknya, baik di dunia maupun di akhirat.
Maka benarlah firman Allah dalam QS. Al-Fajr (89): 27 -30
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ. ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً. فَادْخُلِي فِي عِبَادِي. وَادْخُلِي جَنَّتِي٠
“Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jama´ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku”.
Begitupun sebaliknya, jika keadaan jiwanya buruk maka Allah ancam ia di akhir hidupnya.
Maka benar Firman Allah SWT. QS. Al Anfal (8): 50 -51
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيق. ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ
“Kalau kamu melihat ketika para malaikat itu mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata) Rasakanlah oleh kalian siksa neraka yang membakar," (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya”.
Dalam tafsir Ibnu Katsir di terangkan bahwa Allah Swt. berfirman, "Seandainya engkau, hai Muhammad, menyaksikan keadaan ketika para malaikat mematikan orang-orang kafir, niscaya engkau akan melihat suatu peristiwa yang sangat mengerikan lagi sangat menakutkan. Karena para malaikat memukuli wajah dan punggung mereka seraya berkata, 'Rasakanlah siksa neraka yang membakar."
Setelah Allah menciptakan Jiwa, Allah ciptakan nafsu sebagai pelengkap ujian dan cobaan bagi manusia. Nafsu ini sangat berkaitan dengan keberhasilan atau kegagalan dalam membentuk jiwa.
Maka demikianlah sungguh jiwa yang telah terbentuk baik atau buruk akan tercermin dalam pribadi manusia yang kita kenal dengan karakter manusia, adanya karakter manusia disebabkan adanya jiwa yang terbentuk. Dan setiap pembentukan jiwa akan dipengaruhi oleh hawa nafsu sebagai ujian manusia. Namun, permasalahannya adalah bagaimana kita menahan diri utuk tidak mengikuti hawa nafsu yang mengarahkan kita kepada keburukan. Jawabannya adalah jangan memasukan data-data negatif kepada jiwa, kalaupun data negatif itu sudah ada dalam jiwa manusia tersebut maka hal pertama yang kita lakukan adalah bertobat kepada Allah agar data itu Allah ampuni dan Allah hapus dalam jiwa, mulailah dengan selalu mengingat Allah, Berdzikir, meminta perlindungan Allah SWT. Melakukan hal-hal baik yang diperintahkan agama agar jiwa kita awalnya suci, bersih ketika kembali kepada Allah dalam keadaan suci dan bersih bahkan isinya penuh dengan kebaikan-kebaikan hidup.
EmoticonEmoticon