Kamis, 20 Oktober 2022

HAKIKAT JIN, IBLIS DAN SYETAN

Tags



 Jin dan Bagian-Bagiannya


“ Tuhan menciptakan semua makhluk di bumi untuk mengabdi kepada-Nya; ketika pengabdian menjadi sebuah kebutuhan maka bahagia akan menjadi kepastian ”


HAKIKAT JIN, IBLIS DAN SYETAN

Penulis akan menerangkan masalah ini dalam konteks secara umum dan khusus. Konteks secara umum terdapat di dalam al Qur’an dan hadits, jika khusus diambil dari tafsir yang ada dalam diri manusia itu sendiri.

Dalam pandangan masyarakat pada umumnya bahwa Jin, Iblis, dan Syetan adalah makhluk yang berbeda dan mempunyai wujud yang berbeda beda. Misalkan saja sebutan syetan yang sering terdengar di masyarakat Indonesia  yaitu : Kuntilanak, Genderuwo, Pocong, Tuyul, dan lain sebagainya. Dan hal tersebut tidak sama penyebutannya di negara-negara lain. Perbedaan ini menjadi pertanyaan besar bagi orang-orang yang ingin tahu pasti siapa sebenarnya Jin, Iblis dan Syetan itu dan bagaimana bisa di setiap negara nama dan wujudnya berbeda.

Baik saya akan bahas dengan mengawali penjelasan secara umum, kata Jin pertama kali disebutkan di dalam al-Quran surat al-Hijr ayat 27, sebagai berikut:

•       

Artinya: “dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”

Ayat tersebut menyebutkan bahwa kata jin pertama kali ada ketika Allah SWT. menciptakan Jin di alam semesta ini sebelum manusia diciptakan. Secara garis besar tujuan Allah SWT. menciptakan Jin sama persis dengan tujuan Allah menciptakan manusia untuk mengabdi. Disepanjang perjalanan hidupnya ada jin yang saleh dan ada pula kebalikannya, mereka menempuh jalan yang berbeda-beda, mari kita liat al- Qur’an surat al-Jin ayat 11, disebutkan:

 •  •    •   

Artinya: “dan Sesungguhnya di antara Kami ada orang-orang yang saleh dan di antara Kami ada (pula) yang tidak demikian halnya Kami menempuh jalan yang berbeda-beda.”

Pengertian Jin itu sendiri adalah sesuatu yang tersebunyi, sesuatu yang ghoib, tidak bisa dilihat oleh kasat mata, kecuali bagi orang-orang yang Allah kehendaki atau berikan kemuliaan dan keistimewa.

Sampai di sini kita bisa memahami pengertian jin dan asal muasal adanya kata jin di dalam al Qur’an.

Kata Jin Allah SWT. ganti dengan kata Iblis disebutkan di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 34, sebagai berikut:

             

Artinya: “dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”

Yang menjadi catatan sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.

Di dalam ayat tersebut di atas ada sebuah misteri yang perlu dijelaskan, karna ini saling berkaitan. Allah SWT. pertama kali memerintahkan jin untuk bersujud kepada Adam lalu ada Jin yang bersujud kepada Adam dan adapula Jin yang enggan bersujud kepada Adam dan penyebutan jin yang enggan bersujud di ganti dengan Iblis. 

Kata Iblis berasal dari bahasa arab yang memiliki asal dari kata “ labisun, Libasun” menjadi “Iblis” yang memiliki arti pakaian. Sifat pakaian adalah sesuatu yang menutupi, sehingga muncul pengertian Iblis adalah suatu sifat yang menutupi. Apanya yang tertutupi, Imannya. Sifat imannya dikalahkan dengan sifat sombongnya karena dirinya diciptakan dari api merasa paling mulia dari Adam, sehingga ia mendurhakai perintah Allah SWT. Jadi jelas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Jin yang ingkar kepada Allah disebut dengan Iblis sebagaimana Firman Allah di dalam surat Al-Jin di atas, ada yang Saleh dan tidak saleh. 

Mari kita liat al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 50, yang menerangkan Iblis termasuk golongan Jin yang durhaka sebagai berikut:

                            

 Artinya: “dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil Dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.”

Lalu darimana penyebutan kata syetan itu sendiri. Jin yang taat kepada Allah disebut Jin Saleh, Jin yang Ingkar kepada Allah disebut Iblis. Penyebutan kata Syetan mulai ada ketika Iblis memohon kepada Allah agar diberikan izin menggoda dan menyesatkan manusia dan memohon untuk diberikan umur sampai waktu yang ditentukan. Dan pertama kali Iblis menggoda manusia, ketika Adam dan Hawa berada di surga. mari kita liat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 36, sebagai berikut:

                     

Artinya: “lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari Keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”

Penjelasan ayat di atas bahwa ternyata Syetan adalah jenis Jin yang ingkar kepada Allah juga ia menggoda manusia. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa ada golongan Jin yang menggoda dan menyesatkan manusia disebut dengan Syetan dan ada golongan Jin yang hanya tidak taat atau tidak patuh kepada Allah SWT. dan tidak menggoda atau menyesatkan manusia disebut Iblis.

Kata Syetan itu sendiri berasal dari kata Syathona, Ba’uda menjadi Syaithon yang memiliki arti sifat yang menjauhkan dari ketaatan.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan dari penjelasan ini bahwa Jin, Iblis, dan Syaiton adalah makhluk yang sama, dari golongan Jin yang membedakan antara ketiganya adalah sifat yang melekat pada makhluk tersebut.

Secara khusus sifat-sifat tersebut ternyata bisa melekat pada manusia, sifat manusia yang taat, sifat manusia yang ingkar dan sifat manusia yang menyesatkan manusia yang lainnya sebagaimana firman Allah SWT. Kita liat Al-Qur’an surat An-Nas ayat 4-6;

  • ••     •   •     • •• 

Artinya: “dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”

Salah satu anugrah yang Allah berikan kepada manusia adalah pikiran, pikiran tidak akan terlepas dari aktifitas manusia karena manusia beraktifitas dan bertindak sesuai dengan pikirannya. Pikiran ini bisa menjadikan manusia patuh kepada Allah SWT. atau sebaliknya. Oleh karena itu dapat saya katakan bahwa pikiran adalah Ajazil atau Jin yang melekat pada manusia. Kenapa saya katakan Jin, karena pikiran adalah suatu hal yang ghoib dan memiliki pengaruh yang luar bisa pada diri manusia. Manusia yang mampu menaklukan pikirannya maka sama saja ia menaklukan hakikat Jin yang ada di dalam dirinya, dan ketika manusia mampu menaklukan jin yang ada dalam dirinya secara otomatis ia akan mampu menaklukan jin yang ada dikehidupan nyata.





Nasruddin Idris, Sehat Kaya Manfaat dan Bahagia Modalnya Motivasi Hidup, Baca profil Nasar selengkapnya, klik di sini...

Komentar Facebook :

Komentar dengan Akun Google :


EmoticonEmoticon

PLURALISME DAN DEMOKRASI, DITERIMA APA DITOLAK ?

  " Syariat bisa berubah karena perubahan zaman, tetapi akidah tidak akan berubah"  (Buya Hamka) PLURALISME DAN DEMOKRASI, DITERIM...