Sebelum kita membahas tentang jasad, ruh dan hati. Ada satu hal yang menjadi misteri tentang pengertian manusia dan manusa, banyak sekali versi yang mengartikan hal tersebut. Jika saya telusuri elemen-elemen di dalam diri manusia, hal itu akan membedah hakikat pengertian manusia dan manusa.
Manusa terdiri dari tiga (3) elemen: Jasad, Ruh dan Hati. Jika di filosofikan: Jasad adalah kendaraan, pisik yang terlihat. Hati adalah tempatnya ilmu dan nafsu. Ruh adalah energi yang menggerakan jasad dan hati tersebut.
Jika tiga unsur tersebut menyatu barulah ia dikatakan manusa. Maksudnya adalah ketika manusia menjalani hidupnya terkadang apa yang ia katakan tidak sesuai dengan apa yang ia kerjakan, yang dipikirkan A tapi Keluar B atau C. hal itu terjadi karena ketidaknyatuan antara hati dan ruhnya, yang dipengaruhi oleh ilmu dan nafsu amarahbisuhnya. Manusia itu masih proses menjadi manusa, dengan demikian manusia yang dapat menyatukan Jasad, Hati, dan Ruhnya maka ia akan menjadi manusia yang sejati, manusa kekasih Allah SWT.
Berbicara tentang jasad, ruh, dan hati tidak terlepas kita membedah hakikat Qudrat dan Iradat Allah SWT. Allah menciptakan jasad berubah-rubah bentuknya dengan Qudrat dan IradatNya, mulai dari Adam sampai manusia yang baru lahir sekarang memiliki jasad yang baru dan berbeda dari bentuk sebelumnya. Coba kita perhatikan salah satu kuasa Allah menciptakan sidik jari manusia, diseluruh dunia orang mempunyai sidik jari yang berbeda. Tidak ada keterangan yang menyebutkan berapa banyak stok jasad yang Allah ciptakan, ini berarti Allah selalu ciptakan jasad dalam kondisi baru. Sifat jasad terlihat dan tidak kekal, kecuali yang Allah kehendaki.
Setelah Allah ciptakan jasad Allah berikan ruh, ruh diciptakan dalam bentuk yang sama tidak berjenis kelamin, tidak ada yang baru, tidak menempati suatu ruang tertentu. Sifat ruh kekal kecuali dengan kehendak Allah SWT. Allah ciptakan ruh untuk menggerakan jasad dan hati. Qur’an surat Al-Hijr ayat 29 menjelaskan tentang itu,
Artinya: “Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”
Dipertegas dalam Surat As-Sajdah ayat 9;
•
Artinya: “kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
Ruh berasal dari alam Ilahi (alam malakut), sedangkan jasad berasal dari alam kejadian (khalq). Namun, yang jelas jasad bukan tempat ruh karena tidak mendiami tempat atau ruang tertentu. Jasad hanyalah merupakan alat, ruh mendatangi jasad sebagai substansi yang juga diperlukan oleh jasad bantuannya.
Ruh mengatur dan bertindak pada jasad sebagaimana halnya raja dengan kerajaannya. Keperluan ruh terhadap jasad dapat diumpamakan dengan kereta tanpa listrik. manusia tidak akan bergerak kalau ruh tidak ada.
Ketika manusia meninggal dunia hanya jasadnya yang hancur akan tetapi ruh tetap ada dan digunakan untuk jasad-jasad yang baru nantinya. Manusia tidak bisa mengetahui ruh yang ada di jasadnya sekarang apakah ruh itu pernah Allah gunakan untuk perempuan atau laki laki, semua atas kehendakNya.
Setelah Allah ciptakan jasad lalu meniupkan ruh selanjutnya Allah ciptakan hati, sifat hati ghoib (tidak terlihat). Di dalam hati ini tempatnya ilmu-ilmu dan nafsu. Dasar hati takan pernah ingkar janji dan dusta karena ia mengedepankan rasa, rasa Allah dan Muhammad Saw. kecuali hati yang telah dipengaruhi oleh data negatif dan nafsu amarah bisu’. Manusia yang selalu mengedepankan rasa dibandingkan logika hidupnya akan tenang, damai, dan bahagia. dihina ia sabar, dibenci dia menyayangi, difitnah ia mencintai, dan lain sebagainya. Ia mengedepankan rasa Allah dan Muhammad Saw. bukan sebaliknya.
Ada misteri besar di dalam penciptaan hati jika kita kupas. Di dalam proses kehidupan manusia hati akan dipengaruhi oleh panca indra manusia, terutama apa yang ia dengar, apa yang ia lihat akan membentuk hati baru buatan manusia, jika panca indranya ia gunakan baik maka hati barunya akan baik. Jika panca indranya ia gunakan buruk maka hati barunya akan buruk. Hati baru ini akan mempengaruhi rasa yang telah ada. Sehingga manusia cenderung beraktifitas bukan dengan rasa tapi dengan hati baru yang ia ciptakan sendiri.
Sesuai dengan sebuah hadits, Rasulullah Saw. bersabda;
Artinya: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.”
Dengan demikian kita dapat mengenal hati manusia baik atau burutnya dengan cara melihat ia berpikir lalu berkata dan perbuatan dalam hidupannya.
EmoticonEmoticon