“ Manusia yang hidupnya penuh dengan kepura-puraan
akan terhalang dirinya merasakan cahaya Ilahi (Tuhan) ”
Topeng Kepalsuan
Topeng dalam kamus Bahasa Indonesia adalah penutup muka (dari kayu, kertas, dsb) yg menyerupai muka orang, binatang, dsb, kepura-puraan untuk menutupi maksud sebenarnya, kedok. Topeng juga dapat diartikan sebuah alat untuk menyembunyikan identitas sebenarnya. Kepalsuan identik dengan ketidaksamaan, ketidakcocokan.
Kepalsuan dapat diartikan kebohongan atau penipuan dalam bentuk pernyataan, sikap, dan tingkah laku dengan maksud untuk menipu orang lain, sering kali dengan niat untuk menjaga rahasia dan reputasi diri.
Dengan demikian Topeng Kepalsuan menitik beratkan kepada sikap, etika, tingkah laku, seseorang dalam kepura-puraan untuk menutupi identitas sebenarnya. Manusia yang hidupnya penuh dengan kepura-puraan akan terhalang dirinya merasakan cahaya Ilahi (Tuhan). Jika ada orang yang mengaku telah mengenal dirinya dan Tuhannya, tapi masih senang membaca aib orang lain, senang membuka berbagai keajaiban yg dialaminya, masih senang memfitnah orang lain, merasa paling benar dan paling pintar, ingin selalu dihargai orang lain, merendahkan orang lain, tidak menghargai orang lain, irian, dengki, hasud, bermuka dua (munafik) dan lain-lain. Ia sejatinya telah memakai topeng kepalsuan dalam hidupnya, yang justru bisa memalingkannya dari perjalanan menuju Allah SWT.
Jangankan janjinya dengan Allah SWT. dengan manusiapun ia selalu ingkar janji, manusia seperti ini Allah dan Rasulullah Saw. berikan lebel orang munafik.
Rasulullah SAW dalam sabdanya yang berbunyi;
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم – قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Artinya: “Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia berkhianat.” (HR. Al- Bukhari).
Juga dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 14 di gambarkan sebagai berikut;
وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّاۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْۙ اِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ
Artinya: “dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok.”
Manusia yang memiliki topeng kepalsuan dalam hidupnya, tidak ada lagi kesempatan untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan Allah SWT. hatinya, pendengarannya, penglihatannya Allah kunci rapat-rapat. Allah saja yang bisa membukanya; diabadikan dalam surat Al-Baqarah:18
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
Tafsirul Jalalain menjelaskan Surat Al-Baqarah ayat 18, “(Mereka) tuli” terhadap kebenaran sehingga mereka tidak menerimanya. Mereka juga “bisu” terhadap kebaikan sehingga mereka tidak mampu mengatakannya. Mereka pun “buta” terhadap jalan petunjuk sehingga mereka tidak melihatnya. Dari kesesatan itu, “mereka tidak akan kembali” ke jalan yang benar.
Dan tempat mereka kelak neraka paling bawah api yang bergejolak. dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 145;
اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْاَسْفَلِ مِنَ النَّارِۚ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًاۙ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.”
Mari kita intropeksi diri kita masing-masing apakah masih ada sifat-sifat tidak baik dalam pikiran dan hati, yang menyebabkan dan merugikan diri dan orang lain. Semoga kita selamat dari fitnah dunia dan akhirat. amin
Wallahu a'lam bishowab.
EmoticonEmoticon